|
|
---|
|
---|
BMW M5 series
BMW M5 front view conceptBMW M5 exterior conceptcool BMW M5 seriesBMW M5 back view interiorBMW M5 cars retail
Labels:
BMW M5
Ajanta Group working on e-car for India: Zindabad!!!
The Ajanta Group, which already sells electric scooters in India under the Oreva brand, claims it will soon launch its electric car in the country. Though technical details are not available at this time, Rakesh Nathwani, Oreva’s national marketing head, claims that the car will be able to run 200-250km on one full battery charge.
It is ironic that Tata Motors have finally chosen Sanand village in Gujarat where the Nano will be made, because the Oreva electric car – which is also expected to be priced at around Rs one lakh – will also be made at Morbi, in Gujarat. Ajanta/Oreva already manufacture their e-scooters at their facility in Morbi, and will also launch their e-car from the same factory.
More
It is ironic that Tata Motors have finally chosen Sanand village in Gujarat where the Nano will be made, because the Oreva electric car – which is also expected to be priced at around Rs one lakh – will also be made at Morbi, in Gujarat. Ajanta/Oreva already manufacture their e-scooters at their facility in Morbi, and will also launch their e-car from the same factory.
More
Ajanta Group working on e-car for India: Zindabad!!!
The Ajanta Group, which already sells electric scooters in India under the Oreva brand, claims it will soon launch its electric car in the country. Though technical details are not available at this time, Rakesh Nathwani, Oreva’s national marketing head, claims that the car will be able to run 200-250km on one full battery charge.
It is ironic that Tata Motors have finally chosen Sanand village in Gujarat where the Nano will be made, because the Oreva electric car – which is also expected to be priced at around Rs one lakh – will also be made at Morbi, in Gujarat. Ajanta/Oreva already manufacture their e-scooters at their facility in Morbi, and will also launch their e-car from the same factory.
More
It is ironic that Tata Motors have finally chosen Sanand village in Gujarat where the Nano will be made, because the Oreva electric car – which is also expected to be priced at around Rs one lakh – will also be made at Morbi, in Gujarat. Ajanta/Oreva already manufacture their e-scooters at their facility in Morbi, and will also launch their e-car from the same factory.
More
Signalauto.net ready to support "mobnas project"
In their release in "mobnas" facebook, signalauto.net express their support and readiness to take part in the building of "mobnas project".
signalauto.net or SIGNAL KUSTOM BUILT was found in Bandung, Indonesia. Opened in 2005, They became the leader in auto modification and custom painting in town. They had rebuilt and won many contest cars, especially well known by the extreme transformation of ‘97 Panther Pick Up into Hummer H2 SUT. With their product quality, team creativity, and variety of design, they could transform any vehicle into a unique work of art.
More
signalauto.net or SIGNAL KUSTOM BUILT was found in Bandung, Indonesia. Opened in 2005, They became the leader in auto modification and custom painting in town. They had rebuilt and won many contest cars, especially well known by the extreme transformation of ‘97 Panther Pick Up into Hummer H2 SUT. With their product quality, team creativity, and variety of design, they could transform any vehicle into a unique work of art.
More
Ternyata Jerman Melalui Mercedes Pernah Menyuap Damri: Saatnya Indonesia Memakai Bus Lokal
Perusahaan Daimler, yang membuat mobil dan bus Mercedes, terungkap pernah menyuap pejabat BUMN di Perum Damri. Namun, Kementerian BUMN menjamin pengadaan bus setelah tahun 2005 bebas dari suap.
Penyuapan Daimler di Indonesia adalah bagian dari kasus penyuapan besar-besaran pabrik Mercedes itu di 22 negara yang diungkap oleh US Department of Justice (Depkum HAM AS). Daimler kini menghadapi tuntutan di AS atas praktek penyuapan yang diungkap Depkum HAM AS.
Penyuapan ini untuk melancarkan tender pengadaan mobil, bus atau truk Mercedes dengan pemerintah setempat. Nah, di Indonesia, yang kebagian uang suap Daimler adalah Perum Damri yang menerima US$ 41.000. Uang itu untuk keanggotaan golf, hadiah perkawinan dan bentuk penyuapan lain untuk pejabat terkait.
"Saya yakin kalau pengadaannya tahun 2006 ke atas, tidak ada pejabat BUMN yang terlibat," kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu saat dihubungi detikcom lewat telepon, Kamis (25/3/2010).
Menurut dia, Kementerian BUMN baru dibentuk tahun 2005. Perum Damri sebelum itu berada di bawah Kementerian Perhubungan.
"Saya sudah cek itu (suap Mercedes), tapi saya nggak tahu kapan pengadaannya. Tapi saya yakin itu sebelum ada Kementerian BUMN," jelas Said.
Memang, data dari Depkum HAM AS tidak menyebutkan tahun proyek pengadaan bus Damri yang menggandeng Mercedes. Depkum HAM AS hanya menyebutkan rentang waktu kejadian penyuapan di 22 negara itu pada 1998-2008.
"Saya juga nggak tahu persis orangnya (pejabat Damri) masih menjabat atau tidak sekarang ini," pungkasnya.
Sementara itu Dirut Perum Damri, Iwitjara Adjie, belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini. Dia tidak merespons saat dihubungi beberapa kali lewat ponselnya.
Penyuapan Daimler di Indonesia adalah bagian dari kasus penyuapan besar-besaran pabrik Mercedes itu di 22 negara yang diungkap oleh US Department of Justice (Depkum HAM AS). Daimler kini menghadapi tuntutan di AS atas praktek penyuapan yang diungkap Depkum HAM AS.
Penyuapan ini untuk melancarkan tender pengadaan mobil, bus atau truk Mercedes dengan pemerintah setempat. Nah, di Indonesia, yang kebagian uang suap Daimler adalah Perum Damri yang menerima US$ 41.000. Uang itu untuk keanggotaan golf, hadiah perkawinan dan bentuk penyuapan lain untuk pejabat terkait.
"Saya yakin kalau pengadaannya tahun 2006 ke atas, tidak ada pejabat BUMN yang terlibat," kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu saat dihubungi detikcom lewat telepon, Kamis (25/3/2010).
Menurut dia, Kementerian BUMN baru dibentuk tahun 2005. Perum Damri sebelum itu berada di bawah Kementerian Perhubungan.
"Saya sudah cek itu (suap Mercedes), tapi saya nggak tahu kapan pengadaannya. Tapi saya yakin itu sebelum ada Kementerian BUMN," jelas Said.
Memang, data dari Depkum HAM AS tidak menyebutkan tahun proyek pengadaan bus Damri yang menggandeng Mercedes. Depkum HAM AS hanya menyebutkan rentang waktu kejadian penyuapan di 22 negara itu pada 1998-2008.
"Saya juga nggak tahu persis orangnya (pejabat Damri) masih menjabat atau tidak sekarang ini," pungkasnya.
Sementara itu Dirut Perum Damri, Iwitjara Adjie, belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini. Dia tidak merespons saat dihubungi beberapa kali lewat ponselnya.
Tata Motors to introduce Air Car
India's largest automaker Tata Motors is set to start producing the world’s first commercial air-powered vehicle. The Air Car, developed by ex-Formula One engineer Guy Nègre for Luxembourg-based MDI, uses compressed air, as opposed to the gas-and-oxygen explosions of internal-combustion models, to push its engine’s pistons.
Mari Merancang Mobil Supersport Sendiri
Bagi sebagian besar masyarakat, tentu sulit memiliki mobil supersport seperti Ferrari atau Lamborghini. Tapi, rasa penasaran itu bisa terobati dengan situs interaktif yang disiapkan oleh produsen mobil supersport asal Swedia, Koenigsegg, sebagai sarana hiburan.
Mobil yang ditampilkan merupakan model terbaru, yakni Koenigsegg Agera 2011, yang baru dipamerkan dalam ajang Geneva Motor Show awal tahun ini. Melalui situs resminya, pabrikan menyediakan "peralatan" desain bagi semua pengakses yang ingin menciptakan Agera versinya masing-masing.
Beberapa pilihan disediakan mulai dari bentuk dan warna velg, termasuk sentuhan detail warna lain, seperti Sparkling Topaz dan Emerald Green. Selain itu, juga terdapat tiga pilihan model sayap belakang kendaraan, antara lain F1 Double Wing dan Top Gear. Masuk ke dalam interior, juga disediakan pilihan untuk menunjukkan sentuhan pribadi, terdapat 10 pilihan warna dan fitur gadget seperti konektivitas USB dan satelit navigasi bisa aplikasikan.
Di dunia nyata, dapur pacu mobil mengusung mesin 4,7 liter V8 dengan tenaga maksimum 898 dk @ 6.850 rpm dan torsi 1.100 Nm @ 5.100 rpm. Bobot Agera tercatat 1.290 kilogram dan memiliki akselerasi 0-100 km/jam dalam 3,1 detik dan mencapai 200 km/jam dalam 8,9 detik. Kecepatan maksimum bisa mencapai 390 km/jam.
Fitur standar lainnya adalah dual airbags, hardtop dengan atap kaca, power window, sayap belakang, kemudi yang bisa disesuaikan, rem karbon keramik dengan fitur Sport ABS, hydraulic lifting system, power steering, dan tambahan sabuk pengaman 4-titik.
Untuk peranti digital, beberapa fitur, seperti Satnav, MP3 player, koneksi USB, kontrol iklim, sistem peringatan dan info digital, alarm, indikator elektronik ban, kunci dari bahan perak, bahan kulit untuk karpet, tempat penyimpanan, tas, hingga kudung mobil.
Mobil yang ditampilkan merupakan model terbaru, yakni Koenigsegg Agera 2011, yang baru dipamerkan dalam ajang Geneva Motor Show awal tahun ini. Melalui situs resminya, pabrikan menyediakan "peralatan" desain bagi semua pengakses yang ingin menciptakan Agera versinya masing-masing.
Beberapa pilihan disediakan mulai dari bentuk dan warna velg, termasuk sentuhan detail warna lain, seperti Sparkling Topaz dan Emerald Green. Selain itu, juga terdapat tiga pilihan model sayap belakang kendaraan, antara lain F1 Double Wing dan Top Gear. Masuk ke dalam interior, juga disediakan pilihan untuk menunjukkan sentuhan pribadi, terdapat 10 pilihan warna dan fitur gadget seperti konektivitas USB dan satelit navigasi bisa aplikasikan.
Di dunia nyata, dapur pacu mobil mengusung mesin 4,7 liter V8 dengan tenaga maksimum 898 dk @ 6.850 rpm dan torsi 1.100 Nm @ 5.100 rpm. Bobot Agera tercatat 1.290 kilogram dan memiliki akselerasi 0-100 km/jam dalam 3,1 detik dan mencapai 200 km/jam dalam 8,9 detik. Kecepatan maksimum bisa mencapai 390 km/jam.
Fitur standar lainnya adalah dual airbags, hardtop dengan atap kaca, power window, sayap belakang, kemudi yang bisa disesuaikan, rem karbon keramik dengan fitur Sport ABS, hydraulic lifting system, power steering, dan tambahan sabuk pengaman 4-titik.
Untuk peranti digital, beberapa fitur, seperti Satnav, MP3 player, koneksi USB, kontrol iklim, sistem peringatan dan info digital, alarm, indikator elektronik ban, kunci dari bahan perak, bahan kulit untuk karpet, tempat penyimpanan, tas, hingga kudung mobil.
Mobindo: Produsen Bus Nasional
Gabungan beberapa karoseri nasional mengembangkan perakitan sasis bus buatan dalam negeri yang diberi nama Mobindo (Mobil Indonesia).
Rencananya Mobindo mulai diproduksi pada bulan Oktober 2009 dengan investasi awal hingga US$ 10 juta.
Direktur Utama PT Mekar Armada Jaya (New Armada) David Herman Jaya mengatakan Mobindo dikembangkan oleh 5 pemegang saham utama antara lain Adi Putro, Armada Jaya, Dongpung, Honda dan Askarindo.
"Produksi awal kami akan produksi 500-1000 unit sasis bus per tahun," katanya saat ditemui di gedung Departemen Perindustrian, Kamis malam (13/8/2009).
Rencananya Mobindo akan memproduksi jenis sasis bus untuk ukuran 9 meter keatas dengan target pasar metromini untuk wilayah pedesaan.
"Produksinya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri," katanya.
Dikatakannya selama ini produk sasis banyak diimpor dari luar negeri. Sehingga dengan adanya produk sasis Mobindo kebutuhan sasis bus bisa depenuhi dari dalam negeri meskipun dalam jumlah terbatas.
"Kita akan maksimalkan komponen lokal semua, tujuanya kita lokal," jelasnya.
David menambahkan total kebutuhan mobil komersial termasuk bus per tahunnya mencapai 65.000-70.000 unit per tahun. Sampai saat ini total perusahaan karoseri di tanah air mencapai 400 perusahaan, dengan tenaga kerja sekitar 40.000-50.000 orang.
Rencananya Mobindo mulai diproduksi pada bulan Oktober 2009 dengan investasi awal hingga US$ 10 juta.
Direktur Utama PT Mekar Armada Jaya (New Armada) David Herman Jaya mengatakan Mobindo dikembangkan oleh 5 pemegang saham utama antara lain Adi Putro, Armada Jaya, Dongpung, Honda dan Askarindo.
"Produksi awal kami akan produksi 500-1000 unit sasis bus per tahun," katanya saat ditemui di gedung Departemen Perindustrian, Kamis malam (13/8/2009).
Rencananya Mobindo akan memproduksi jenis sasis bus untuk ukuran 9 meter keatas dengan target pasar metromini untuk wilayah pedesaan.
"Produksinya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri," katanya.
Dikatakannya selama ini produk sasis banyak diimpor dari luar negeri. Sehingga dengan adanya produk sasis Mobindo kebutuhan sasis bus bisa depenuhi dari dalam negeri meskipun dalam jumlah terbatas.
"Kita akan maksimalkan komponen lokal semua, tujuanya kita lokal," jelasnya.
David menambahkan total kebutuhan mobil komersial termasuk bus per tahunnya mencapai 65.000-70.000 unit per tahun. Sampai saat ini total perusahaan karoseri di tanah air mencapai 400 perusahaan, dengan tenaga kerja sekitar 40.000-50.000 orang.
Pelan Tapi Pasti, Mobnas Akan Terwujudkan
Usaha menciptakan mobil Indonesia dengan harga terjangkau terus berlanjut. Riset menjadi unggulan nasional.
Pagi itu, 18 September 2003, langit di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru, Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, terlihat cerah. LIK, yang berdiri sejak 1982 di atas lahan lebih dari 9 hektare, mulai terlihat denyutnya. Ramai dengan suara mesin las, bubut dan gergaji yang menderu. Suara riuh ini seakan menyambut pencanangan proyek kerja sama produksi dan pemanfaatan engine multiguna antara PT Surya Pantura, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Kabupaten Tegal, yang ditandatangani pada hari yang sama.
Berbeda dengan proyek mobil nasional (Mobnas) -diputuskan melalui Inpres No. 2/1996- yang mengimpor langsung produknya dari Korea Selatan, dalam rencananya kali ini, Kamsi Ranosaputro, Direktur Utama PT Surya Pantura, tidak muluk-muluk. Ia ingin melibatkan industri hulu sampai hilir yang ada di Tegal dengan melibatkan ratusan pengusaha kecil yang tergabung dalam Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru melalui cluster system. Menurut Dinas Perindutrian Perdagangan dan Tenaga Kerja. Kab. Tegal, 2.761 perajin logam akan terserap dalam proyek ini. Rancang bangun mesinnya 100% dikerjakan oleh putra Indonesia. Produknya berupa mobil angkutan ekonomis yang terjangkau bagi dunia usaha. Bekerja sama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Kamsi menjagokan mesin aluminium mulitiguna 500cc.
Mesin ini dirancang oleh nama yang tak asing lagi di industri otomotif nasional, Suparto Soejatmo, Presiden Direktur PT Indo Tekno Mandiri (ITM). Mantan Direktur Utama PT Timor Distribusi Nasional ini memperoleh bantuan dari DR. Utama H. Padmadinata, Director For Material Technology Center, BPPT dan tim. ITM telah menghasilkan sejumlah mesin yang beberapa di antaranya sudah diproduksi masal.
Mobil Indonesia
Dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia bulan lalu, Suparto bersemangat mewujudkan proyek ini guna menghadirkan mobil yang bisa dibeli oleh masyarakat. “Mobil Indonesia”, demikian Suparto menyebutnya. Mesin 500cc sengaja dipilihnya,”Supaya tidak head on dengan saudara-saudara tua kita,” tuturnya. Di Indonesia saat ini belum ada mobil yang bermain di kelas 500cc. Pesaing terdekatnya adalah Daihatsu Ceria 600 cc. “Tapi itu di Malaysia. 600cc versi yang paling murah, di sini mereka tidak masuk,” ujar Suparto. Selain cc yang rendah, desain mobil juga dibuat serbaguna. “Sehingga selain bisa untuk mobil penumpang, mobil ini juga bisa dipakai untuk mengangkut produk-produk pertanian,” tuturnya.
Kemampuan Suparto untuk merancang bangun mesin tidak lagi diragukan. Ia sudah merancang 4 buah mesin, diantaranya adalah mesin 1 silinder disel horizontal—yang sudah menjadi prototype dan diproduksi untuk alat pertanian oleh PT Nefa, di Tegal—mesin disel 1600cc dan 1300cc 4 silinder Indirect Injection (IDI) dan mesin disel 5 silinder 2500cc Direct Injection, twin cam, 4 valve yang dilengkapi turbo intercooler, serta mesin motor bensin 2 silinder 500 cc, yang sekarang menjadi proyek unggulan RUSNAS (Riset Unggulan Strategis Nasional) BPPT. “Dengan blok yang sama, mesin itu bisa menjadi mesin disel dengan perubahan yang sangat minor, dan bisa double, ke gas dan bensin,” ujar Suparto.
Kerjasama Suparto dengan BPPT dimulai pada 2001. Saat itu Suparto diundang BPPT untuk menghadiri satu seminar mengenai riset material. Di sana Ia bertemu DR. Utama, Direktur Teknologi Material BPPT. Proyek mesin aluminium yang dikerjakannya mendapat dukungan dari material yang kebetulan telah dikaji BPPT. Posisinya sebagai salah satu Ketua Jaringan Usaha Mandiri Indonesia (JUMI) kemudian membawanya bertemu dengan Menristek Hatta Rajasa dan membuat proyek ini menjadi Riset Unggulan Nasional (RUSNAS).
Menurut Utama, dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia, program RUSNAS yang dimulai pada 2002 merupakan bentuk dari misi BPPT menjadi agen pembangunan dan mitra terpercaya bagi industri di bidang teknologi. Proses merancang mesin dan membuat prototype engine pertama, telah selesai Desember, 2003. “Kalau dilihat dari siklus mesin, kita tidak mulai dari nol,” ujarnya, karena itu, setelah proses rancang bangun mesin dari PT ITM jadi, “BPPT punya kewajiban untuk mewujudkannya,” tambahnya lagi. Dari prototype pertama, menurut Utama, akan dilakukan modifikasi dan pengujian di Balai Teknologi Thermodinamika Motor dan Propulsi. Pengujian ini meliputi simulasi beban, tanjakan, turunan dan emisi. Setelah itu baru diuji jalan. “Kita sudah ada satu MOU dengan Kancil, yang sekarang menggunakan mesin dari Jepang,” ujarnya.
Rp2,5 miliar
Kementrian Riset dan Teknologi bertanggung jawab atas dana program RUSNAS ini. Pada 2002 BPPT dan ITM telah memperoleh bantuan sebesar Rp500 juta, ditambah Rp1 miliar pada 2003.. Tahun ini, BPPT berencana mengajukan dana sebesar Rp 1 miliar untuk pembuatan prototype tahap ke-2. Dana ini menurut Utama tinggal menunggu persetujuan dari Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan.
Masalah pendanaan ini pula yang jadi keluhan Suparto. ITM mengajukan dana Rp1,5 milyar untuk rancang bangun prototype kedua,. “Kalau anggarannya ditekan, produksinya akan jelek,” ujar Suparto. Biaya terbesar ada di pengadaan peranti lunak asli yang seharga $70 ribu. Menurut DR. I Nyoman Jujur, Material Engineer, BPPT, apabila dana tersedia, diharapkan target uji tahun ini bisa terlaksana. “Selanjutnya kita akan membuat kira-kira 10 prototipe lagi,” tutur Nyoman. Pada Oktober tahun ini, BPPT akan mencoba mengganti penggunaan bahan bakar bensin dengan bahan bakar gas. “Kita juga mencoba mengganti karburator menjadi injection untuk mengantisipasi aturan pemerintah pada 2005,” tuturnya.
BPPT menargetkan konten lokal di atas 90%. Dengan kondisi ini, menurut Utama, proyek ini bisa bermanfaat bagi industri komponen di Tanah Air dan menciptakan lapangan kerja. “Itulah tujuan utama BPPT, sehingga IPTEK benar-benar bisa teraplikasi ke masyarakat,” ujarnya. Untuk mewujudkannya butuh waktu yang panjang. “Secara bertahap bisa 10 tahun,” ujar Suparto. Ketika mesin sudah jadi semua lalu tergantung pada investor seperti Kamsi. “BPPT bukan investor, mereka membantu kita. Kalau tidak ada BPPT pun kita jalan, tapi pelan-pelan,” ujar Suparto. Dengan adanya BPPT dan RUSNAS proyek ini diharapkan lebih cepat terlaksana.
Kuncinya ada di niat politik pemerintah. Menurut Suparto, harus ada komitmen bersama dari pihak-pihak terkait, termasuk lembaga internasional supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan. “Kita tidak akan minta proteksi. Tapi pemerintah bisa bilang ke WTO untuk mobil 500cc, pajaknya sekian,” ujarnya. Suparto juga tidak takut bersaing. “Saya siap diadu, kalau mesin saya jelek, masak ada orang Iran datang ke saya, juga orang Turki dan China?” tambahnya lagi. Rancang bangun mesin PT ITM, menurut Suparto, selalu memakai standar internasional. “Tapi ada yang saya rubah sehingga cocok dengan iklim yang ada disini,” ujarnya. Mesin 1240 cc, yang dulu dipesan untuk Timor—dan rencananya menjadi proptotype mobil nasional—kini telah jadi dalam bentuk satu unit mobil utuh dan sudah digunakan.
Dari sisi investor, Kamsi menyatakan siap. Walau tidak menyebut angka, PT Surya Pantura menurut Kamsi sudah mengalokasikan dana untuk memproduksi 5000 unit mesin per tahun. Kegiatan pabrikasi untuk proyek otomotif ini, menurut Kamsi, sudah dipersiapkan sejak November tahun lalu dan rencananya dimulai pada Juni tahun ini. Dari sketsa yang diperoleh BusinessWeek Indonesia, mobil ini akan dibuat dengan berbagai varian seperti sedan, pick up, dari mulai yang sederhana hingga yang mewah. Model awal rencananya akan dijual dengan harga di bawah Rp30 juta. Dengan disertai sertifikasi dari BPPT, Deperindag dan Departemen Perhubungan, mobil ini siap mengisi ceruk pasar mobil murah di Indonesia—demi mewujudkan sebuah mimpi, “Mobil Indonesia”.
“ Harus Jadi Prioritas ”
Soehari Sargo, Pengamat Otomotif, tanggal 27 Januari di Jakarta
Ada rencana membuat mobil nasional 500 cc. Apakah bisa bersaing?
Sebetulnya, kebutuhan Indonesia begitu besar, dari Jaguar di kota besar sampai yang paling sederhana di pelosok-pelosok. Jadi peluang pasarnya ada, karena kalau kita lihat di daerah-daerah, daya belinya sangat rendah dan juga kondisi infrastruktur masih sangat sederhana. Yang penting, pola transportasi atau pola penggunaan kendaraan berbeda dengan yang ada di kota-kota. Kalau di desa, mereka menggunakan kendaraan tidak hanya untuk pribadi tapi juga untuk mengangkut barang. Masuk ke sawah-sawah. Sehingga, akan sangat bermanfaat kalau ada kendaraan yang membantu dalam kelas harga maupun dalam fungsinya. Sebagai contoh di Jepang. Waktu Jepang baru selesai perang, ada kendaraan-kendaraan kecil, bahkan bemo, seperti Mazda kotak dsb. Demikian juga di India dan Thailand. Jadi kalau dilihat dari situ, seharusnya peluang pasarnya ada.
Apakah tidak akan bersaing dengan mobil sejenis yang cc-nya sama, yang akan datang dari Cina?
Itu juga menarik untuk dilihat. Namun untuk sementara ini, nampaknya belum ada. Pemain-pemain ini lebih banyak memperhatikan segmen sedan yang di atas 1500cc, itu satu. Yang kedua, China misalnya, sekarang lebih banyak memperhatikan pasar dalam negerinya yang sudah mencapai 4 juta dalam setahun. Walaupun daya beli masyarakat China masih agak rendah, permintaan begitu besar. Pemain-pemain otomotif dunia juga tidak meminati yang (cc-nya) kecil-kecil ini.
Apakah program ini membutuhkan proteksi dan dukungan penuh dari pemerintah?
Saya melihatnya bukan proteksi seperti yang berlaku dulu, tapi lebih pada pengembangan pasar. Misalnya, KUD dan usaha kecil mendapat fasilitas yang lebih baik untuk memiliki kendaraan. Kalau fasilitas dari sisi perpajakan saya kira itu sudah karena semua diproduksi di dalam negeri. Ada sebagian kecil yang diimpor tapi bea masuknya rendah. Sebentar lagi pasti nol dan karena itu tidak akan terkena pajak barang mewah hanya PPN saja. Jadi dalam konsep seperti itulah yang dimaksudkan sebagai proteksi. Kalau saya mengatakannya prioritas.
Bagaimana political will dari pemerintah karena ini sekarang ‘kan menjadi RUSNAS?
Yang masih ditunggu adalah kesinambungan dari program RUSNAS sampai ke kebijakan industri dan perdagangannya. Nah, ini yang belum. Itu urusannya kabinet.
Kalau melihat daya beli masyakarat, mobil dengan harga berapa yang mampu terserap oleh pasar?
Sekarang kalau dilihat pasarnya, kira-kira 70% penjualan ada di Jabotabek dengan harga rata-rata antara Rp150-200 juta. Artinya, masyarakat tipikal di Jabotabek sudah mampu membeli mobil dengan harga tersebut. Dan kalau kita lihat dari GDP regional, ada daerah yang kaya dan daerah yang terbelakang. Kalau harganya antara Rp100-150 juta, pasarnya terbatas di daerah yang sudah maju atau di kota-kota besar. Sementara di daerah-daerah, saya yakin mereka kurang tertarik. Kalau harganya bisa di bawah Rp50 juta saya rasa akan sangat kompetitif.
Ada kemungkinan bersaing dengan produsen lain seperti dengan Daihatsu Ceria yang 800cc?
Itu teknologinya beda. Kalau yang murah (teknologinya) masih sangat sederhana, tidak pakai karburator, tidak pakai AC, dan bodinya juga disederhanakan. Sejauh itu manfaat proyek ini harus didukung karena dulu ada Maleo. Yang menentukan nanti adalah pasar. Sekarang, bagaimana menumbuhkan pasar dengan memberi prioritas dan pengarahan-pengarahan.
Spesifikasi Mesin “Mobil Indonesia”
Tipe mesin: Bensin 4 langkah, 2 silinder SOHC, 2 valves
Total kapasitas silinder: 485 cc
Bore X Stroke: 65,5 mm X 72 mm
Rasio kompresi: 9:1
Tenaga maksimal: 23 kW (31 HP)/4000 rpm
Torsi maksimal: 55 Nm/3000 rpm
Putaran mesin (Rpm) maksimal: 6000 rpm
Langsam (idle speed): 700 rpm
Klep masuk (intake valve): 31,8 mm
Klep pembuangan (exhaust valve): 27 mm
Bahan baku blok silinder: AI (AC4B)
Bahan baku kepala silinder: Al (AC4B)
Sistem pendingin: Air
Sistem pengapian: CDI Distributor Less
Sistem bahan bakar: Karburator (pompa bahan bakar elektris)
Kapasitas oli: 3 liter
Pagi itu, 18 September 2003, langit di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru, Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, terlihat cerah. LIK, yang berdiri sejak 1982 di atas lahan lebih dari 9 hektare, mulai terlihat denyutnya. Ramai dengan suara mesin las, bubut dan gergaji yang menderu. Suara riuh ini seakan menyambut pencanangan proyek kerja sama produksi dan pemanfaatan engine multiguna antara PT Surya Pantura, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Kabupaten Tegal, yang ditandatangani pada hari yang sama.
Berbeda dengan proyek mobil nasional (Mobnas) -diputuskan melalui Inpres No. 2/1996- yang mengimpor langsung produknya dari Korea Selatan, dalam rencananya kali ini, Kamsi Ranosaputro, Direktur Utama PT Surya Pantura, tidak muluk-muluk. Ia ingin melibatkan industri hulu sampai hilir yang ada di Tegal dengan melibatkan ratusan pengusaha kecil yang tergabung dalam Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru melalui cluster system. Menurut Dinas Perindutrian Perdagangan dan Tenaga Kerja. Kab. Tegal, 2.761 perajin logam akan terserap dalam proyek ini. Rancang bangun mesinnya 100% dikerjakan oleh putra Indonesia. Produknya berupa mobil angkutan ekonomis yang terjangkau bagi dunia usaha. Bekerja sama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Kamsi menjagokan mesin aluminium mulitiguna 500cc.
Mesin ini dirancang oleh nama yang tak asing lagi di industri otomotif nasional, Suparto Soejatmo, Presiden Direktur PT Indo Tekno Mandiri (ITM). Mantan Direktur Utama PT Timor Distribusi Nasional ini memperoleh bantuan dari DR. Utama H. Padmadinata, Director For Material Technology Center, BPPT dan tim. ITM telah menghasilkan sejumlah mesin yang beberapa di antaranya sudah diproduksi masal.
Mobil Indonesia
Dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia bulan lalu, Suparto bersemangat mewujudkan proyek ini guna menghadirkan mobil yang bisa dibeli oleh masyarakat. “Mobil Indonesia”, demikian Suparto menyebutnya. Mesin 500cc sengaja dipilihnya,”Supaya tidak head on dengan saudara-saudara tua kita,” tuturnya. Di Indonesia saat ini belum ada mobil yang bermain di kelas 500cc. Pesaing terdekatnya adalah Daihatsu Ceria 600 cc. “Tapi itu di Malaysia. 600cc versi yang paling murah, di sini mereka tidak masuk,” ujar Suparto. Selain cc yang rendah, desain mobil juga dibuat serbaguna. “Sehingga selain bisa untuk mobil penumpang, mobil ini juga bisa dipakai untuk mengangkut produk-produk pertanian,” tuturnya.
Kemampuan Suparto untuk merancang bangun mesin tidak lagi diragukan. Ia sudah merancang 4 buah mesin, diantaranya adalah mesin 1 silinder disel horizontal—yang sudah menjadi prototype dan diproduksi untuk alat pertanian oleh PT Nefa, di Tegal—mesin disel 1600cc dan 1300cc 4 silinder Indirect Injection (IDI) dan mesin disel 5 silinder 2500cc Direct Injection, twin cam, 4 valve yang dilengkapi turbo intercooler, serta mesin motor bensin 2 silinder 500 cc, yang sekarang menjadi proyek unggulan RUSNAS (Riset Unggulan Strategis Nasional) BPPT. “Dengan blok yang sama, mesin itu bisa menjadi mesin disel dengan perubahan yang sangat minor, dan bisa double, ke gas dan bensin,” ujar Suparto.
Kerjasama Suparto dengan BPPT dimulai pada 2001. Saat itu Suparto diundang BPPT untuk menghadiri satu seminar mengenai riset material. Di sana Ia bertemu DR. Utama, Direktur Teknologi Material BPPT. Proyek mesin aluminium yang dikerjakannya mendapat dukungan dari material yang kebetulan telah dikaji BPPT. Posisinya sebagai salah satu Ketua Jaringan Usaha Mandiri Indonesia (JUMI) kemudian membawanya bertemu dengan Menristek Hatta Rajasa dan membuat proyek ini menjadi Riset Unggulan Nasional (RUSNAS).
Menurut Utama, dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia, program RUSNAS yang dimulai pada 2002 merupakan bentuk dari misi BPPT menjadi agen pembangunan dan mitra terpercaya bagi industri di bidang teknologi. Proses merancang mesin dan membuat prototype engine pertama, telah selesai Desember, 2003. “Kalau dilihat dari siklus mesin, kita tidak mulai dari nol,” ujarnya, karena itu, setelah proses rancang bangun mesin dari PT ITM jadi, “BPPT punya kewajiban untuk mewujudkannya,” tambahnya lagi. Dari prototype pertama, menurut Utama, akan dilakukan modifikasi dan pengujian di Balai Teknologi Thermodinamika Motor dan Propulsi. Pengujian ini meliputi simulasi beban, tanjakan, turunan dan emisi. Setelah itu baru diuji jalan. “Kita sudah ada satu MOU dengan Kancil, yang sekarang menggunakan mesin dari Jepang,” ujarnya.
Rp2,5 miliar
Kementrian Riset dan Teknologi bertanggung jawab atas dana program RUSNAS ini. Pada 2002 BPPT dan ITM telah memperoleh bantuan sebesar Rp500 juta, ditambah Rp1 miliar pada 2003.. Tahun ini, BPPT berencana mengajukan dana sebesar Rp 1 miliar untuk pembuatan prototype tahap ke-2. Dana ini menurut Utama tinggal menunggu persetujuan dari Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan.
Masalah pendanaan ini pula yang jadi keluhan Suparto. ITM mengajukan dana Rp1,5 milyar untuk rancang bangun prototype kedua,. “Kalau anggarannya ditekan, produksinya akan jelek,” ujar Suparto. Biaya terbesar ada di pengadaan peranti lunak asli yang seharga $70 ribu. Menurut DR. I Nyoman Jujur, Material Engineer, BPPT, apabila dana tersedia, diharapkan target uji tahun ini bisa terlaksana. “Selanjutnya kita akan membuat kira-kira 10 prototipe lagi,” tutur Nyoman. Pada Oktober tahun ini, BPPT akan mencoba mengganti penggunaan bahan bakar bensin dengan bahan bakar gas. “Kita juga mencoba mengganti karburator menjadi injection untuk mengantisipasi aturan pemerintah pada 2005,” tuturnya.
BPPT menargetkan konten lokal di atas 90%. Dengan kondisi ini, menurut Utama, proyek ini bisa bermanfaat bagi industri komponen di Tanah Air dan menciptakan lapangan kerja. “Itulah tujuan utama BPPT, sehingga IPTEK benar-benar bisa teraplikasi ke masyarakat,” ujarnya. Untuk mewujudkannya butuh waktu yang panjang. “Secara bertahap bisa 10 tahun,” ujar Suparto. Ketika mesin sudah jadi semua lalu tergantung pada investor seperti Kamsi. “BPPT bukan investor, mereka membantu kita. Kalau tidak ada BPPT pun kita jalan, tapi pelan-pelan,” ujar Suparto. Dengan adanya BPPT dan RUSNAS proyek ini diharapkan lebih cepat terlaksana.
Kuncinya ada di niat politik pemerintah. Menurut Suparto, harus ada komitmen bersama dari pihak-pihak terkait, termasuk lembaga internasional supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan. “Kita tidak akan minta proteksi. Tapi pemerintah bisa bilang ke WTO untuk mobil 500cc, pajaknya sekian,” ujarnya. Suparto juga tidak takut bersaing. “Saya siap diadu, kalau mesin saya jelek, masak ada orang Iran datang ke saya, juga orang Turki dan China?” tambahnya lagi. Rancang bangun mesin PT ITM, menurut Suparto, selalu memakai standar internasional. “Tapi ada yang saya rubah sehingga cocok dengan iklim yang ada disini,” ujarnya. Mesin 1240 cc, yang dulu dipesan untuk Timor—dan rencananya menjadi proptotype mobil nasional—kini telah jadi dalam bentuk satu unit mobil utuh dan sudah digunakan.
Dari sisi investor, Kamsi menyatakan siap. Walau tidak menyebut angka, PT Surya Pantura menurut Kamsi sudah mengalokasikan dana untuk memproduksi 5000 unit mesin per tahun. Kegiatan pabrikasi untuk proyek otomotif ini, menurut Kamsi, sudah dipersiapkan sejak November tahun lalu dan rencananya dimulai pada Juni tahun ini. Dari sketsa yang diperoleh BusinessWeek Indonesia, mobil ini akan dibuat dengan berbagai varian seperti sedan, pick up, dari mulai yang sederhana hingga yang mewah. Model awal rencananya akan dijual dengan harga di bawah Rp30 juta. Dengan disertai sertifikasi dari BPPT, Deperindag dan Departemen Perhubungan, mobil ini siap mengisi ceruk pasar mobil murah di Indonesia—demi mewujudkan sebuah mimpi, “Mobil Indonesia”.
“ Harus Jadi Prioritas ”
Soehari Sargo, Pengamat Otomotif, tanggal 27 Januari di Jakarta
Ada rencana membuat mobil nasional 500 cc. Apakah bisa bersaing?
Sebetulnya, kebutuhan Indonesia begitu besar, dari Jaguar di kota besar sampai yang paling sederhana di pelosok-pelosok. Jadi peluang pasarnya ada, karena kalau kita lihat di daerah-daerah, daya belinya sangat rendah dan juga kondisi infrastruktur masih sangat sederhana. Yang penting, pola transportasi atau pola penggunaan kendaraan berbeda dengan yang ada di kota-kota. Kalau di desa, mereka menggunakan kendaraan tidak hanya untuk pribadi tapi juga untuk mengangkut barang. Masuk ke sawah-sawah. Sehingga, akan sangat bermanfaat kalau ada kendaraan yang membantu dalam kelas harga maupun dalam fungsinya. Sebagai contoh di Jepang. Waktu Jepang baru selesai perang, ada kendaraan-kendaraan kecil, bahkan bemo, seperti Mazda kotak dsb. Demikian juga di India dan Thailand. Jadi kalau dilihat dari situ, seharusnya peluang pasarnya ada.
Apakah tidak akan bersaing dengan mobil sejenis yang cc-nya sama, yang akan datang dari Cina?
Itu juga menarik untuk dilihat. Namun untuk sementara ini, nampaknya belum ada. Pemain-pemain ini lebih banyak memperhatikan segmen sedan yang di atas 1500cc, itu satu. Yang kedua, China misalnya, sekarang lebih banyak memperhatikan pasar dalam negerinya yang sudah mencapai 4 juta dalam setahun. Walaupun daya beli masyarakat China masih agak rendah, permintaan begitu besar. Pemain-pemain otomotif dunia juga tidak meminati yang (cc-nya) kecil-kecil ini.
Apakah program ini membutuhkan proteksi dan dukungan penuh dari pemerintah?
Saya melihatnya bukan proteksi seperti yang berlaku dulu, tapi lebih pada pengembangan pasar. Misalnya, KUD dan usaha kecil mendapat fasilitas yang lebih baik untuk memiliki kendaraan. Kalau fasilitas dari sisi perpajakan saya kira itu sudah karena semua diproduksi di dalam negeri. Ada sebagian kecil yang diimpor tapi bea masuknya rendah. Sebentar lagi pasti nol dan karena itu tidak akan terkena pajak barang mewah hanya PPN saja. Jadi dalam konsep seperti itulah yang dimaksudkan sebagai proteksi. Kalau saya mengatakannya prioritas.
Bagaimana political will dari pemerintah karena ini sekarang ‘kan menjadi RUSNAS?
Yang masih ditunggu adalah kesinambungan dari program RUSNAS sampai ke kebijakan industri dan perdagangannya. Nah, ini yang belum. Itu urusannya kabinet.
Kalau melihat daya beli masyakarat, mobil dengan harga berapa yang mampu terserap oleh pasar?
Sekarang kalau dilihat pasarnya, kira-kira 70% penjualan ada di Jabotabek dengan harga rata-rata antara Rp150-200 juta. Artinya, masyarakat tipikal di Jabotabek sudah mampu membeli mobil dengan harga tersebut. Dan kalau kita lihat dari GDP regional, ada daerah yang kaya dan daerah yang terbelakang. Kalau harganya antara Rp100-150 juta, pasarnya terbatas di daerah yang sudah maju atau di kota-kota besar. Sementara di daerah-daerah, saya yakin mereka kurang tertarik. Kalau harganya bisa di bawah Rp50 juta saya rasa akan sangat kompetitif.
Ada kemungkinan bersaing dengan produsen lain seperti dengan Daihatsu Ceria yang 800cc?
Itu teknologinya beda. Kalau yang murah (teknologinya) masih sangat sederhana, tidak pakai karburator, tidak pakai AC, dan bodinya juga disederhanakan. Sejauh itu manfaat proyek ini harus didukung karena dulu ada Maleo. Yang menentukan nanti adalah pasar. Sekarang, bagaimana menumbuhkan pasar dengan memberi prioritas dan pengarahan-pengarahan.
Spesifikasi Mesin “Mobil Indonesia”
Tipe mesin: Bensin 4 langkah, 2 silinder SOHC, 2 valves
Total kapasitas silinder: 485 cc
Bore X Stroke: 65,5 mm X 72 mm
Rasio kompresi: 9:1
Tenaga maksimal: 23 kW (31 HP)/4000 rpm
Torsi maksimal: 55 Nm/3000 rpm
Putaran mesin (Rpm) maksimal: 6000 rpm
Langsam (idle speed): 700 rpm
Klep masuk (intake valve): 31,8 mm
Klep pembuangan (exhaust valve): 27 mm
Bahan baku blok silinder: AI (AC4B)
Bahan baku kepala silinder: Al (AC4B)
Sistem pendingin: Air
Sistem pengapian: CDI Distributor Less
Sistem bahan bakar: Karburator (pompa bahan bakar elektris)
Kapasitas oli: 3 liter
Labels:
auto,
car,
ESEMKA Made in Indonesia,
industry,
mobnas
wow di rusia di kandang sapi aja di fasilitasi tv
cb mania....!
seorang petani rusia memutuskan untuk melengkapi kandang sapinya dengan ... LED TV.
Ia telah mendapat informasi dari suatu tempat yang sapi mendapatkan lebih bahagia dan produktif jika mereka menonton film dengan ladang hijau segar. Jadi dia punya non-stop loop yang diakui dunia Alpen Swiss hijau ladang dan mendapatkan tvs lcd paling ramping pasar di Rusia dan kemudian disebut tim pekerja untuk menginstal bahwa semua.
Sekarang mereka pergi ke statistik untuk mengukur hasil. Mereka membandingkan hasil dari dua kelompok sapi, satu adalah menonton tv lain ini dirampas kemanusiaan ini hiburan hal yang paling tersebar.
seorang petani rusia memutuskan untuk melengkapi kandang sapinya dengan ... LED TV.
Ia telah mendapat informasi dari suatu tempat yang sapi mendapatkan lebih bahagia dan produktif jika mereka menonton film dengan ladang hijau segar. Jadi dia punya non-stop loop yang diakui dunia Alpen Swiss hijau ladang dan mendapatkan tvs lcd paling ramping pasar di Rusia dan kemudian disebut tim pekerja untuk menginstal bahwa semua.
Sekarang mereka pergi ke statistik untuk mengukur hasil. Mereka membandingkan hasil dari dua kelompok sapi, satu adalah menonton tv lain ini dirampas kemanusiaan ini hiburan hal yang paling tersebar.
Orang-orang meragukan bahwa salah satu pekerja pertanian bisa membeli jenis seperti tv di rumah mereka, jadi sekarang cerita lucu tua bahwa orang-orang yang benar-benar budak untuk para sapi bisa tampak lebih kredibel.
Labels:
info unik dan seru
The Night Battle
cb mania....!
Ever wondered how do the battle looks like for real at night? I mean, not as seen by Hollywood movie but a real battle with real combat units, tanks and commanders?
People say that sometimes it is even more picturesque than in the movies, and here is the report from the Russian army playwar maneuveres that took place recently.
Labels:
info unik dan seru
Subscribe to:
Posts (Atom)
?php
>